SMK Muhammadiyah 2 Mertoyudan hari ini, Senin 18 November 2024 melaksanakan kegiatan upacara milad Muhammadiyah ke – 112. Upacara dihadiri oleh semua Bapak Ibu guru karyawan dan seluruh taruna taruni SMK Muhammadiyah 2 Mertoyudan tingkat X, XI dan XII.
Pada acara ini Eko Yuantoro, S.P selaku Kepala Sekolah membacakan pidato Milad dari Ketua Umum Pusat Muhammadiyah “ Haedar Nashir “
Muhammadiyah pada 18 November 2024 berusia 112 tahun. Tema Milad dan Tanwir tahun ini ialah “Menghadirkan Kemakmuran Untuk Semua”. Menghadirkan adalah berada pada suatu keadaan untuk berbuat sesuatu yang bermakna dan bermanfaat bagi orang lain. Kemakmuran suatu negeri merupakan kondisi kehidupan yang tanahnya subur dan penduduknya berkembang pesat, sejahtera, subur, beruntung, dan sukses dalam diri individu dan masyarakat atau bangsanya.
Indonesia makmur dalam khazanah bangsa disebut “Gemah Ripah Loh Jinawi”, yakni negeri yang tanahnya subur serta masyarakatnya tentram, damai, aman, adil, dan makmur. Indonesia sering disebut negeri yang makmur karena tanah airnya indah dan mengandung kekayaan alam yang luar biasa banyak. Multatuli menyebut Indonesia sebagai negeri “Untaian Zamrud di Khatulistiwa”.
Negeri yang makmur selaras dengan idealisasi Islam, “Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur”. Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Saba’ ayat ke-15:
Artinya: Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun” (QS Saba’: 15).
Muhammadiyah dengan “Menghadirkan Kemakmuran Untuk Semua” mengandung pemahaman bahwa kemakmuran itu berdimensi lahiriah sekaligus ruhaniah untuk semua orang tanpa diskriminasi.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam menyadari sepenuhnya bahwa Negara Indonesia merupakan tempat menjalankan misi dakwah dan tajdid untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
Komitmen Muhammadiyah untuk membangun Indonesia sebagai negeri berkemakmuran dalam cita-cita teologis “Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur” ditegaskan dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah tahun 1946
Maka dengan Muhammadiyah ini, mudah-mudahan umat Islam dapatlah diantarkan ke pintu gerbang Surga “Jannatun Na’im” dengan keridaan Allah Yang Rahman dan Rahim”.
Karenanya usaha “Menghadirkan Kemakmuran Untuk Semua” bagi Muhammadiyah ialah terus berusaha mewujudkan kemakmuran secara utuh-menyeluruh agar terwujud dalam kehidupan bangsa secara nyata. Muhammadiyah terus berikhtiar menghadirkan kemakmuran sebagai salah satu penanda dari jalan dan strategi kebudayaan yang berkemajuan menuju puncak peradaban bangsa Indonesia yang dicita-citakan para pendiri dan konstitusi negara, yakni: Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945
Karenanya, jadikan Milad ke-112 tahun ini sebagai momentum refleksi dalam wujud muhasabah (evaluasi) sekaligus maudhu’ah (proyeksi) atas gerakan Muhammadiyah yang selama ini terus berkiprah tidak kenal lelah dalam usaha memakmurkan kehidupan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan semesta. Muhammadiyah melalui gerakan pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan seluruh praksis usahanya selama ini sejatinya memiliki orientasi pada usaha memakmurkan kehidupan bangsa. Kemakmuran dalam dimensi kesejahteraan dan kemajuan yang bersifat utuh dan menyeluruh, yakni lahir dan batin, material dan spiritual, serta duniawi dan ukhrawi
Gerakan Muhammadiyah dalam “Menghadirkan Kemakmuran Untuk Semua” juga satu kesatuan dengan membangun “Indonesia Berkemajuan”. Dalam pandangan Muhammadiyah tentang “Indonesia Berkemajuan”, Negeri tercinta ini sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta positif yang dimiliki bangsa ini. Pertama, posisi geopolitik yang sangat strategis. Kedua, kekayaan alam dan keanekaragaman hayati. Ketiga, jumlah penduduk yang besar. Keempat, kemajemukan sosial budaya.
Muhammadiyah dapat “Menghadirkan Kemakmuran Untuk Semua” maupun usaha dan pergerakan lainnya jika didukung dan diperankan secara optimal oleh para pimpinannya sebagai aktor utama gerakan. Kepemimpinan dalam Muhammadiyah niscaya memajukan seluruh aspek kehidupan yang berbasis pada nilai-nilai Islam. Pemimpin Muhammadiyah menurut Kiai Ahmad Dahlan dituntut sebagai “pemimpin kemajuan Islam”, yakni pemimpin yang menghidupkan akal pikiran, pendidikan, membedakan yang berakal dan bodoh, serta menjadikan “Agama bercahaya”. Menurut pendiri Muhammadiyah, “Agama itu pada mulanya bercahaya, berkilau-kilauan, akan tetapi makin lama makin suram, padahal yang suram bukan agamanya, akan tetapi manusianya yang memakai agama.” Agama adalah sumber nilai pencerahan yang membangun akhlak mulia dan menebar rahmat bagi semesta alam. Bukan keberagamaan yang jumud, konservatif, dan anti kehidupan yang justru dikoreksi dan diperbarui oleh Kyai Dahlan dan Muhammadiyah generasi awal dengan “Gerakan Tajdid” atau “Gerakan Pembaruan”.
Semoga seluruh pemimpin Muhammadiyah, pemimpin umat, dan pemimpin Indonesia benar-benar menjadi pemimpin yang jujur, amanah, berakhlak mulia, berintegritas tinggi, berwawasan luas, dan gigih berjuang dalam usaha “Menghadirkan Kemakmuran Untuk Semua”.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan perlindungan, petunjuk, dan rida-Nya untuk seluruh pemimpin dan bangsa Indonesia menuju tercapainya kehidupan yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat sejalan dengan komitmen membangun “Indonesia Berkemakmuran” dan “Indonesia Berkemajuan” yang “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur”. Nashrun min Allah wa Fathun Qarib